1. Perkembangan
Reaksi Reduksi-Oksidasi
Oksigen bereaksi
dengan sebagian besar unsur-unsur untuk membentuk senyawasenyawa oksida. Dan
sejak oksigen ditemukan, istilah oksigen selalu dihubungkan dengan
reaksi-reaksi antara unsur dengan oksigen. Contohnya Mg mudah
bereaksi/bersenyawa dengan oksigen. Hal ini disebabkan karena permukaan luar
dari logam ini sangat mudah teroksidasi untuk membentuk lapisan magnesium
oksida (MgO). Besi juga dapat teroksidasi dengan perlahan-lahan di udara dan
membentuk karat besi, yang tersusun menjadi Fe2O3, juga telah diketahui sejak
zaman logam bahwa zat ini kini disebut oksida besi yang dapat diuraikan atau
direduksi untuk menjadi logam bebas. Sehingga untuk mendapatkan kembali logam
dari oksidanya disebut sebagai reduksi. Dalam istilah modern, oksidasi dan
reduksi memberikan pengertian yang khas, yang dapat kita lihat jika kita
menganalisa apa yang terjadi ketika logam misalnya besi dioksidasi dan
oksidanya tereduksi. Oksida besi (Fe2O3) merupakan senyawa ionik, yang
terdiri dari Fe3+ dan O2-, jika besi
bereaksi dengan oksigen. Persamaan reaksinya sebagai berikut :
4Fe(s) + 3O2(g) ® 2Fe2O3(s)
Mula-mula besi
merupakan atom yang netral yang melepaskan elektron menjadi ion Fe3+, ketika
oksidanya direduksi untuk menghasilkan logam besi, reaksi yang sebaliknya
terjadi, sehingga ion Fe3+
harus
menangkap ewlektron untuk menjadi atom Fe. Proses melepaskan dan menangkap
elektron yang terjadi dalam reaksi-reaksi yang sejenis, dikenal sebagai istilah
oksidasi dan reduksi.
Oksidasi adalah lepasnya
elektron dari suatu zat.
Reduksi adalah
penerimaan/penangkapan elektron oleh suatu zat.
Reaksi-reaksi
yang melibatkan oksidasi dan reduksi disebut reaksi reduksioksidasi
singkatnya reaksi
redoks. Kini kita telah memiliki definisi, mari kita lihat suatu reaksi
untuk menerapkan isitilah-istilah tersebut. Perhatikan reaksi di bawah ini :
2Mg(s) + O2(g) ® 2MgO(s)
Hasil reaksi
(MgO) merupakan senyawa ionik dan mengandung ion Mg2+ dan O2-, yang terbentuk
dengan adanya perpindahan elektron dari Mg ke Oksigen. Kita bisa menganalisa
perpindahan elektron ini dengan melihat penglepasan dan penangkapan elektron
oleh masing-masing atom secara terpisah. Jika kita menggunakan lambang e- untuk
melambangkan sebuah elektron, penglepasan elektron dari Mg dapat kita tulis,
Mg ® Mg2+ + 2e- (oksidasi)
Perubahan ini
dapat diidentifikasi sebagai proses oksidasi karena Mg kehilangan elektron.
Untuk oksigen pada reaksi ini, dapat kita tulis,
O2 + 4e-® 2O2- (reduksi)
Kali ini
perubahannya dinamakan reduksi karena oksigen menangkap elektron, sehingga
dalam reaksi ini Mg teroksidasi dan oksigen tereduksi. Untuk reaksi ini dan
reaksi redoks lainnya, keduanya terjadi secara serempak. Kita tidak akan pernah
dapat menjumpai suatu senyawa yang melepas elektron tanpa adanya senyawa lain
yang menangkap elektron itu. Kita mengetahui hal ini sebab elektron-elektron
tidak pernah ditemukan sebagai pereaksi atau hasil reaksi saja, ini juga
mengharuskan bahwa jumlah total elektron yang ditangkap persis sama dengan
jumlah total elektron yang dilepaskan. Dalam reaksi Mg dengan O2, dua atom Mg
melepaskan 4e-, sedangkan satu
molekul O2
menangkap
4e-.
Dua istilah yang
sering kita gunakan dalam membahas reaksi redoks adalah zat pengoksidasi dan
zat pereduksi. Zat pengoksidasi adalah senyawa yang menangkap elektron
dari senyawa yang teroksidasi, sehingga menyebabkan oksidasi berlangsung. Yaitu
apa yang dilakukan O2
dalam
reaksi antara Mg dan O2, O2 menangkap
elektron dari Mg dan menyebabkan Mg teroksidasi, sehingga O2 adalah zat
pengoksidasi. Perhatikan bahwa zat pengoksidasi (O2) menjadi
tereduksi dalam reaksi tersebut.
Zat pereduksi
adalah senyawa yang memberikan elektron kepada senyawa lain, yaitu yang
tereduksi, sehingga menyebabkan reduksi berlangsung. Yaitu apa yang Mg lakukan
jika Mg bereaksi dengan O2, Mg memberikan
elektron pada O2
dan
menyebabkan O2
tereduksi.
Perhatikan bahwa zat pereduksi (Mg) teroksidasi.
1. Bilangan
Oksidasi
Definisi reduksi
dan oksidasi antara lain “penangkapan” dan “penglepasan” elektron yang
diterapkan pada pembentukan senyawa ionik seperti MgO. Tetapi untuk senyawa
seperti HF yang bersifat setengah kovalen dan setengah ionik, bilangan oksidasi
merujuk pada jumlah muatan suatu atom dalam molekul jika elektron-elektron
dipindahkan sempurna, dalam arah yang ditunjukkan oleh perbedaan
keelektronegatifan. Karena F lebih elektronegatif daripada H, maka F akan
membawa satu muatan –1. Jika elektron dipindahkan sempurna, sehingga bilangan
oksidasi F dalam HF adalah –1 dan bilangan oksidasi H adalah +1. Jadi,
dikatakan seolah-olah elektron dipindahkan sempurna dari atom yang kurang
elektronegatif pada atom yang lebih elektronegatif. Dari penjelasan tadi,
reaksi redoks dapat didefinisikan sebagai berikut :”suatu unsur dikatakan
teroksidasi jika bilangan oksidasinya naik dalam suatu reaksi, dan suat unsur
dikatakan tereduksi jika bilangan oksidasinya turun dalam suatu reaksi”.
Hidrogen
molekuler bereaksi dengan fluor molekuler membentuk Hidrogen Fluorida :
H2(g) + F2(g) ® 2HF(g)
Bilangan
oksidasi hidrogen naik dari nol dalam H2 menjadi +1 dalam HF dan bilangan
oksidasi fluor turun dari nol dalam F2 menjadi –1 dalam HF. Jadi hidrogen
merupakan unsur yang teroksidasi dan fluor merupakan unsur yang tereduksi dalam
reaksi ini.
2. Penandaan
Bilangan Oksidasi
Ada beberapa
ketentuan umum untuk menentukan bilangan oksidasi unsur-unsur dalam senyawa :
1) Bilangan
oksidasi suatu atom beberapa unsur dalam senyawa unsurnya (yaitu, bentuk yang
tidak bersenyawa dengan atom unsur lain adalah nol, tanpa memperhatikan
kompleknya molekul. Jadi tiap atom dalam H2, F2, Be, Li, Na, O2, P4 dan S8 memiliki
bilangan oksidasi yang sama yaitu nol.
2) Untuk suatu
ion yang terbentuk dari satu atom, bilangan oksidasinya sama dengan muatan pada
ion. Jadi :
· Ion K+ bilangan
oksidasinya +1
· Ion Mg2+ bilangan oksidasinya
+2
· Ion F- bilangan
oksidasinya –1
· Ion O2- bilangan
oksidasinya –2
dan seterusnya.
3) Bilangan
oksidasi oksigen dalam kebanyakan senyawa (seperti, H2O dan CaO)
adalah –
2, tetapi ini
berbeda dalam dua kasus berikut :
a. Dalam OF2, bilangan oksidasi
O adalah +2, sebab fluor lebih elektronegatif daripada oksigen.
b. Dalam
hidrogen peroksida (H2O2) dan ion
peroksida (O2
2-)
bilangan oksidasi 0
adalah
n –1.
Hal ini dapat
diketahui dengan melihat struktur lewis H2O2 :
H – O – O – H
(Hidrogen Peroksida)
Satu ikatan
antara atom-atom yang identik dalam suatu molekul menyebabkan tidak terjadinya
penyebaran bilangan oksidasi atom-atom, sebab pasangan elektron dari
ikatan-ikatan itu telah merata (secara sama). Karena H memiliki bilangan
oksidasi +1, tiap atom O dalam H2O2 memiliki bilangan oksidasi –1. dalam ion superoksida
(O2 -) tiap atom O
memiliki bilangan oksida – ½.
4) Fluor
memiliki satu bilangan oksidasi yaitu –1 dalam setiap senyawanya. Ini merupakan
suatu konsekuensi dari fakta bahwa fluor keelektronegatifannya tertinggi dari
semua unsur.
5) Bilangan
oksidasi hidrogen adalah +1, kecuali apabila berikatan dengan unsur-unsur yang kurang
elektronegatif daripada H. Sebagai contoh, dalam hibrida seperti LiH, NaH dan
BaH2, bilangan
oksidasinya –1.
6) Dalam molekul
netral, jumlah bilangan oksidasi dari semua atom haruslah nol. Dalam ion
poliatomik, jumlah bilangan oksidasi dari semua unsur-unsur dalam ion harus
sama dengan muatan ion. Sebagai contoh, dalam ion amonium (NH4), bilangan
oksidasi nitrogen adalah –3 dan bilangan oksidasi hidrogen +1. Jadi jumlah
bilangan oksidasi NH4+
ialah –3 + (4x1) = +1 yang sama dengan
muatan ion.
3. Variasi
Periodik Bilangan Oksidasi
Gambar (12.1)
menunjukkan bilangan oksidasi yang diketahui dari unsur-unsur yang lebih dikenal,
disusun menurut letaknya dalam tabel keperiodikan. Penyusunan ini amat berguna
sebab menunjukkan ciri-ciri yang sama dari bilangan oksidasi berikut :
a. Unsur-unsur
logam memiliki hanya bilangan oksidasi positif, sedangkan unsur-unsur non logam
dapat memiliki bilangan oksidasi positif atau negatif.
b. Bilangan
oksidasi tertinggi suatu unsur tertentu dapat mempunyai bilangan oksidasi dalam
tabel periodik, sebagai contoh : halogen dalam golongan VIIA, bilangan oksidasi
tertingginya yang mungkin ialah +7, yang mana Cl dan I dalam beberapa
senyawanya dipisahkan.
c. Logam
transisi, tidak seperti kebanyakan logam dari unsur-unsur tertentu, biasanya memiliki
beberapa bilangan oksidasi pada baris pertama logam-logam transisi, sebagai contoh
(Sc sampai Cu). Kita catat bahwa bilangan oksidasi maksimum naik dari +3 untuk
Sc sampai +7 untuk Mn. Kemudian turun lagi dari Fe sampai Cu. Penting untuk
diingat bahwa bilangan oksidasi tidak mempunyai arti fisika kecuali dalam
senyawa-senyawa ionik. Penandaan bilangan oksidasi +7 untuk Cl dalam Cl2O7 tidak berarti
bahwa tiap-tiap Cl menanggung 7 muatan positif. Bilangan oksidasi sangat
berguna dalam penamaan senyawa-senyawa, meramalkan sifat-sifat kimianya, dan
dalam penyetaraan persamaan reaksi redoks (reaksi yang menunjukkan perubahan
bilangan oksidasi).
4. Penyetaraan
Reaksi Redoks
Reaksi-reaksi
redoks yang sederhana dapat diselesaikan dengan cepat, sebagai contoh :
2Na(s) + Cl2(g) ® 2NaCl(s)
C(s) + O2(g) ® CO2(g)
Pada
reaksi-reaksi di atas tidak diperlukan suatu langkah penyetaraan yang khusus,
namun untuk suatu reaksi yang cukup komplek seperti reaksi antara :
MnO4- + C2O42 -® CO2 + Mn2+
Reaksi ini tidak
bisa langsung disetarakan tanpa melalui suatu langkah-langkah tertentu. Agar
reaksi ini dapat disetarakan, maka ada dua metoda khusus penyetaraan redoks
yaitu metoda bilangan oksidasi dan metoda ion elektron.
· Metoda Bilangan
Oksidasi
Perhatikan
reaksi berikut ini :
S + HNO3 ® SO2 + NO
Untuk
menyetarakan reaksi redoks di atas dengan metoda bilangan oksidasi, digunakan langkah-langkah
penyetaraan berikut :
a. Tuliskan
rangka persamaan yang mengandung oksidator, reduktor dan produk, dalam hal ini
reaksi di atas ditulis ulang.
S + HNO3 ® SO2 + NO
b. Tandai
bilangan oksidasi pada atom tiap-tiap unsur dikedua sisi persamaan, dan tentukan
mana unsur yang teroksidasi dan mana unsur yang tereduksi. Tentukan jumlah
satuan yang naik dan turun dalam bilangan oksidasi untuk tiap unsur ini. Hati-hati
memeriksa bilangan oksidasi tiap-tiap unsur pada kedua sisi persamaan, tunjukkan
bahwa belerang adalah unsur yang teroksidasi dan nitrogen adalah unsur yang
tereduksi. Secara ringkas dapat ditulis sebagai berikut :
Bilangan
Oksidasi
Sisi kiri Sisi
kanan
Perubahan
Bilangan
Oksidasi
S = 0 S = +4 +4
(bertambah)
N = +5 N = +2 +3
(berkurang)
c. Samakan
kenaikan atau penurunan bilangan oksidasi dengan mengalikan tiap-tiap senyawa
yang tereduksi atau teroksidasi dengan mencocokkan koefisiennya. Gunakan
koefisien-koefisien dalam persamaan untuk tiap unsur yang teroksidasi dan tereduksi.
Untuk menyamakan
perubahan bilangan oksidasi, maka dari data di atas S dikalikan dengan 3 dan N
dengan 4. Agar lebih jelas gambarkan garis-garis yang menghubungkan pereaksi
dan hasil reaksi yang mengandung unsur yang mengalami perubahan bilangan
oksidasi.
0 +5 4 +2
3S + 4HNO3 ® 3SO2 + 4NO
3 (+4) = +12
4 (-3) = -12
akibatnya,
seperti terlihat di atas koefisien 3 ditempatkan di depan S dan koefisien 4 di
depan N.
d. Setarakan
atom-atom yang tersisa dengan memeriksa; untuk reduksi dalam larutan asam,
tambahkan H+
atau
H2O atau keduanya pada
persamaan jika diperlukan. Perhatikan bahwa atom H muncul di sisi kiri,
sehingga kita memerlukan dua molekul H2O di sisi kanan.
3S + 4HNO3 ® 3SO2 + 4NO + 2H2O
e. Uji bahwa
persamaan yang mengandung jumlah atom dan jenis atom yang sama pada kedua sisi
persamaan. Untuk persamaan ionik, muatan harus setara pada kedua sisi
persamaan.
· Metoda Ion
Elektron
Metoda ion
elektron berbeda dari metoda bilangan oksidasi tetapi memberikan hasil akhir
yang sama. Reaksi lengkap dipecah menjadi dua buah setengah reaksi, satu untuk reaksi
reduksi yang satu lagi untuk reaksi oksidasi. Dua buah setengah reaksi disetarakan,
kemudian dijumlahkan. Sehingga menjadi reaksi lengkap (persamaan reaksi lengkap).
Berikut ini
dijelaskan tahap-tahap penyetaraan reaksi redoks beserta penerapannya, sebagai
contoh diambil penyetaraan reaksi untuk :
Fe2+ + Cr2O7 2-® Fe3+ + Cr3+
Langkah 1 :
Pecah persamaan
reaksi di atas menjadi dua buah setengah reaksi, masing-masing setengah reaksi
tersebut adalah :
Oksidasi Fe2+ ® Fe3+
Reduksi Cr2O7 2-® Cr3+
Langkah 2 :
Setarakan jumlah
atom selain H dan O pada tiap setengah reaksi.
Oksidasi Fe2+ ® Fe3+
Reduksi Cr2O7 2-® 2Cr3+
Langkah 3 :
Setarakan atom-atom
dalam tiap-tiap setengah reaksi secara terpisah. Untuk reaksi dalam medium
asam, tambahkan H2O untuk
mengimbangi atom O, dan H+
untuk
mengimbangi atom H. Untuk reaksi dalam suasana basa mula-mula setarakan
atomatom seperti pada suasana asam, kelebihan satu atom oksigen pada satu ruas
harus diimbangi oleh satu molekul H2O pada ruas yang sama dan 2OH – pada ruas
lawannya. Apabila hidrogen masih belum seimbang, tambahkan satu ion OH – untuk tiap
kelebihan satu hidrogen pada ruas yang sama dan satu molekul H2O pada ruas
lawannya. Karena reaksi berlangsung dalam suasana asam, kita tambahkan 7
molekul H2O pada sisi
kanan untuk mengimbangi atom O,
Cr2O7 2-® 2Cr3+ + 7H2O
Untuk
mengimbangi atom-atom H, tambahkan 14 ion H+ pada sisi kiri,
14H+ + Cr2O7 2-® 2Cr3+ + 7H2O
Langkah 4 :
Tambahkan
elektron-elektron pada satu sisi dari tiap-tiap setengah reaksi untuk menyetarakan
muatan, bila perlu samakan jumlah elektron dalam kedua setengah reaksi dengan
mengalikan satu atau kedua setengah reaksi dengan mencocokkan koefisien,
Setengah reaksi
oksidasi
Fe2+ ® Fe3+ + e
Pada setengah
reaksi reduksi, terdapat 12 muatan positif di sisi kanan, maka harus ditambahkan
6 elektron pada sisi kiri,
14H+ + Cr2O7 2- + 6e-® 2Cr3+ + 3H2O
Untuk menyamakan
jumlah elektron dalam kedua setengah reaksi, kita mengalikan setengah reaksi
oksidasi dengan 6,
6Fe2+ ® 6Fe3+ + 6e-
Langkah 5 :
Gabungkan dua
setengah reaksi tadi, elektron-elektron pada kedua sisi mesti dihilangkan. Dua
setengah reaksi yang digabung menjadi :
6e- + 14H+ + Cr2O7 2- + 6Fe2+ ® 2Cr3+ + 6Fe3+ + 7H2O + 6e
Elektron pada kedua sisi
dihilangkan sehingga reaksi lengkapnya adalah :
14H+ + Cr2O7 2- + 6Fe2+ ® 2Cr3+ + 6Fe3+ + 7H2O
Langkah 6 :
Pastikan bahwa
persamaan mengandung jumlah atom dan muatan yang sama pada kedua sisi
persamaan. Pemeriksaan akhir menunjukkan bahwa persamaan akhir setara secara
atomik dan elektronik.
5. Macam-macam
Reaksi Redoks
Terdapat lima
macam tipe umum reaksi kimia; kombinasi (penggabungan), dekomposisi
(penguraian), perpindahan/pertukaran, metatesis dan netralisasi asam basa. Sebagian
dari reaksi-reaksi ini adalah reaksi redoks, dan sebagian lagi bukan redoks. Pada
reaksi metatesis dan netralisasi asam basa, kedua reaksi tersebut tidak melibatkan
perubahan bilangan oksidasi. Jadi kedua reaksi tersebut bukan reaksi redoks.
Akan tetapi pada
reaksi kombinasi, penguraian, pertukaran/perpindahan, melibatkan perubahan
bilangan oksidasi. Oleh karena itu reaksi kombinasi, penguraian dan pertukaran termasuk
ke dalam reaksi redoks.
1) Reaksi
Kombinasi
Reaksi kombinasi
yang melibatkan satu atau lebih unsur-unsur bebas adalah reaksi redoks. Contoh
reaksi ini adalah :
0 0
+4 -2
S(s) + O2(g) ® SO2 2- (g)
0 +3
–1 +5 -1
Cl2(g) + PCl3(l) ® PCl5(s)
0 0 -3 +1
N2(g) + 3H2(g) ® 2NH3(g)
2) Reaksi
Penguraian
Reaksi
penguraian yang menghasilkan satu atau lebih unsur bebas merupakan reaksi redoks.
Sebagai contoh reaksi ini ialah :
+2 –2 0 0
2HgO(s) ® 2Hg(l) + O2(g)
+1 –2 0 0
2H2O(l) ® 2H2(g) + O2(g)
Reaksi yang
eksplosive juga termasuk reaksi redoks. Dua zat eksplosive yang dikenal ialah Nitrogliserin
dan Tri nitrotoluen (TNT)
H
ê
H – C – O – NO2
ê
H – C – O – NO2
ê
H – C – O – NO2
ê
H
Nitrogliserin Trinitro toluen
(C3H5N3O6) (C7H5N3O6)
TNT merupakan
zat padat, dan reaksi yang terjadi pada TNT ialah :
2C7H5N3O6(s) ® 3N2(g) + 7CO(g) + 5H2O(g) + 7C(s)
Untuk setiap dua
mol TNT yang terurai menghasilkan 15 mol gas. Pembentukan gas ini berlangsung
sangat cepat sehingga TNT merupakan zat yang sangat eksplosive. Nitrogliserin
merupakan cairan pada suhu kamar, meledak sangat kuat. Reaksi yang terjadi
adalah :
4C3H5N3O9(l) ® 6N2(g) + 12CO2(g) + O2(g) + 10H2O(g)
dari tiap empat
mol Nitrogliserin yang bereaksi menghasilkan 29 mol gas.
3) Reaksi
Perpindahan/Pertukaran
Reaksi
perpindahan yaitu reaksi dimana satu atom atau ion suatu unsur dipindahkan dari
suatu senyawa oleh atom unsur lain. Reaksi ini termasuk reaksi redoks. Beberapa
contoh reaksi pertukaran adalah :
0 +1
+1 +1
0
2Na(s) + 2H2O(l) ® 2NaOH(aq) + H2(g)
NO2
CH3
NO2
NO2
0 +1 +2 0
Mg(s) + 2HCl(aq) ® MgCl2(aq) + H2(g)
0 -1
-1 0
Cl2(g) + 2KBr(aq) ® 2KCl(aq) + Br2(g)
0 +2 +2 0
Zn(s) + CuSO4(aq) ® ZnSO4(aq) + Cu(s)
Satu dari reaksi
pertukaran redoks yang paling dikenal ialah reaksi thermite yang melibatkan
alumunium dan suatu oksida logam.
0 +3 +3 0
2Al(s) + Fe2O3(s) ® Al2O3(s) + 2Fe(s)
Karena Al2O3 memiliki harga
entalpi pembentukan yang sangat negatif, maka reaksi ini melepaskan sejumlah
besar energi panas.
6. Reaksi
Disproporsionasi (Autoredoks)
Dalam suatu reaksi
disproporsionasi suatu unsur dalam satu tingkat oksidasi mengalami reaksi
oksidasi dan reaksi reduksi sekaligus. Satu pereaksi dalam reaksi disproporsionasi
selalu mengandung satu unsur yang dapat memiliki paling sedikit tiga tingkat
oksidasi. Unsur pereaksi itu sendiri adalah satu dari keadaan ini, dan terdapat
tingkat oksidasi lebih tinggi, dan lebih rendah pada unsur yang sama.
Dekomposisi termal dari hidrogen peroksida adalah suatu contoh reaksi
disproporsionasi.
-1 -2 0
2H2O2(aq) ® 2H2O(l) + O2(g)
Pada senyawa
peroksida, bilangan oksidasi dari oksigen adalah –1. Dalam reaksi ini naik menjadi
nol dalam O2
dan
turun menjadi –2 dalam H2O. Contoh lain
ialah dekomposisi termal asam bernitrat.
+3 +5 +2
3HNO2(aq) ® HNO3(aq) + 2NO(g) + H2O(l)
Contoh ketiga
melibatkan ion tembaga (I). Ion ini tidak stabil dalam air dan terdisproporsionasi
menghasilkan unsur Cu dan ion tembaga (II).
+1 0 +2
2Cu(aq) ® Cu(s) + Cu2+(aq)
Suatu reaksi
disproporsionasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari ialah antara molekul klor
dan larutan basa dingin.
0 +1 -1
Cl2(g) + 2OH –(aq) ® OCl –(aq) + Cl –(aq) + H2O(l)
Reaksi ini
menggambarkan kerja pemutih rumah tangga, yaitu ion hipoklorit (OCl – ) yang mengoksidasi
senyawa pengikat warna dalam noda menjadi senyawa tak berwarna.
7. Reaksi Redoks
Misoellaneous
Banyak reaksi
redoks yang tidak termasuk pada kelompok reaksi yang telah dibahas. Sebagai
contoh, asam nitrat pekat ialah oksidator yang cukup kuat untuk mengoksidasi Cu
menjadi Cu2+
seperti
berikut :
0 +5 +2 +5 +2
3Cu(s)
+
8HNO3(aq)
® 3Cu(NO3)2(aq)
+
2NO(g)
+
4H2O(l)
Mantaps..designnya bisa di modifikasi...nanti bisa di ikutkan buat lomba blog guru
BalasHapusTerimakasih sangat membantu
BalasHapus